Silsilah Hadits Dha'if dan Maudhu' Jilid 1
Oleh
Muhammad Nashruddin al-Albani
Hadits 21
"Cukuplah permohonanku (pada-Nya) dengan pengetahuan-Nya tentang keadaanku."
Hadits tersebut tidak mempunyai sumber yang marfu'. Sebagian ulama telah menyatakannya sebagai ucapan atau doa Nabi Ibrahim a.s.. Ini termasuk kisah-kisah Israiliat. Hal itu disebutkan oleh al-Baghawi dalam tafsirnya tentang surat al-Anbiya, sambil menyatakannya sebagai riwayat yang dha'if.
Kemudian saya dapatkan riwayat tadi dalam kitab Tanzih asy-Syariah al-Marfuah 'and-Akhbarisy-Syani'ah al-Maudhu' I/250, karangan Ibnul Iraqi. Ia mengatakan bahwa Ibnu Taimiyah berkata,
"Hadits tersebut adalah maudhu'."
Hadits 22
"Bertawasullah dengan kedudukan dan jabatanku, karena kedudukanku di sisi Allah sangat agung."
Ibnu Taimiyah dalam kitab al-Qa'idah al-Jalilah menegaskan bahwa hadits tersebut tidak ada sumbernya dalam hadits marfu'.
Ringkasnya,
riwayat tentang hadits tawassul tersebut adalah maudhu'. Bagi yang berkeinginan mengetahui lebih rinci, silakan merujuk kepada buku yang saya susun secara khusus yang berkenaan dengan masalah tawassul bid'ah atau yang dilarang, dan tawassul yang dibenarkan syariat Islam.
Hadits 23
"Allah yang menghidupkan dan mematikan sedang Ia Maha Hidup, tidak akan mati. Ampunilah ibuku Fatimah binti Asad, bimbinglah hujjahnya, luaskanlah tempat masuknya, atas hak Nabi-Mu dan para Nabi sebelumku karena Engkau-lah Maha Pengasih dan Maha Penyayang."
Hadits ini dha'if dan diriwayatkan oleh ath-Thabrani dalam kitab al-Kabir dan Anas dalam al-Ausath. Abu Naim meriwayatkannya dalam kitab Haliyyatul-Auliya III/121. Haitsami menyebutkan dalam kitab Mujma' az-Zawaid IX/257 bahwa dalam sanad hadits tersebut terdapat Rauh bin Shalah yang oleh Ibnu Hibban dan al-Hakim dipercaya, namun ada kelemahan dalam meriwayatkan. Adapun selain Rauh bin Shalah semua rijal sanadnya adalah sahih.
Setelah saya teliti dalam riwayat ath-Thabrani yang diriwayatkan oleh Abu Naim dalam Haliyyatul Auliya III/121 terdapat pula sanad bernama Zughbah. Orang ini tidak termasuk deretan rijal sahih. Bahkan tidak ada yang meriwayatkan darinya kecuali Imam Nasa'i, kendatipun ia (Nasa'i) tsiqah (dapat dipercaya).
Kini tinggal Rauh bin Shalah yang oleh Abu Naim dinyatakan merupakan sanad tunggal, sedangkan Ibnu Hibban menyatakannya kuat. Barangkali hadits tersebut termasuk salah satu dari hadits-hadits Israiliat yang mauquf sanadnya.
Hadits 24
"Barangsiapa keluar dari rumahnya menuju masjid untuk melakukan shalat, kemudian ia berdoa, 'Wahai Tuhanku, aku bermohon pada-Mu atas hak orang-orang yang bermohon kepada-Mu; dan aku bermohon kepada-Mu atas hak perjalanan ini, karena aku tidak berjalan untuk suatu kekejian dan tidak pula karena kesombongan', maka Allah akan menghadapinya dengan wajah-Nya dan seribu malaikat akan memohon ampunan untuknya."
Hadits ini dha'if. Ia diriwayatkan oleh Ibnu Majah dalam Sunan-nya I/261, Imam Ahmad III/21, Baghawi dalam hadits Ali bin Ja'd IX /93, dan Ibnu Sunni (hadits nomor 83), dari sanad Fudhail bin Marzuq.
Lemahnya sanad riwayat tersebut dari dua hal:
- Fudhail bin Marzuq dinyatakan kuat oleh sekelompok ulama, tetapi sekelompok lain menganggapnya lemah. Dan tidak benar tuduhan orang bahwa yang menyatakan Fudhail lemah hanya Abu Hatim saja, sebab masih banyak lagi sederetan pakar hadits yang menganggapnya lemah. Ketika ditanya tentang Fudhail apakah dapat dijadikan hujjah, Nasa'i menjawab, "Tidak, ia lemah." Al-Hakim juga mengatakan, "Fudha'il tidak memenuhi syarat kesahihan." Selain mereka adalah Ibnu Hibban yang dalam menyatakan perawi-perawi kuat mengatakan, "Fudhail banyak melakukan kesalahan dalam meriwayatkan." Ringkasnya, kecaman terhadap Fudhail lebih didahulukan daripada yang menguatkannya.
- Di samping itu, Fudhail meriwayatkannya dari Athiyyah al-Aufi yang juga dinyatakan lemah oleh pakar hadits. Demikianlah yang diungkapkan oleh para huffazh.
Dengan demikian, seperti yang masyhur dalam ilmu Mushthalah Hadits, jarh (kecaman) lebih didahulukan (diutamakan) ketimbang ta'dil (pengakuan baik). Di samping itu, tentang penguatan dha'ifnya Ibnu Shalah ini datang dari banyak ulama tsiqah (dapat dipercaya), seperti Ibnu Adi dan lain-lainnya. Bahkan Ibnu Yunus mengatakan, "Banyak diriwayatkan darinya hadits-hadits munkar." Daru Quthni mengatakan,"Ia (Ibnu Shalah) itu lemah dalam meriwayatkan hadits."
Hadits 25
"Tatkala Adam melakukan kesalahan, dia berkata, 'Wahai Tuhanku, aku memohon ampunan-Mu demi Muhammad. Maka Allah berfirman, 'Wahai Adam bagaimana engkau mengenal Muhammad sedang Aku belum menciptakannya?' Adam menjawab, 'Wahai Tuhanku. Tatkala Engkau menciptakanku dengan kekuasaan-Mu dan Engkau meniupkan ruh padaku, maka aku mengangkat kepalaku, dan aku melihat tiang Arasy bertulis: Tiada Tuhan kecuali Allah dan Muhammad utusan Allah, maka aku tahu Engkau tidak merangkaikan kepada nama-Mu kecuali makhluk yang paling Engkau cintai.' Allah berfirman, 'Engkau benar, wahai Adam. Sesungguhnya dia (Muhammad) makhluk yang paling Aku cintai. Mohonlah demi dia, maka Aku mengampunimu. Dan kalau bukan karena Muhammad, Aku tidak akan menciptakanmu.'"
Telah dinyatakan oleh Ibnu Hibban bahwa dalam sanad hadits di atas terdapat nama Abdullah bin Muslim bin Rasyad. Dia tertuduh sebagai pemalsu hadits sebab ia pernah terbukti memalsu hadits dari Laits, Malik, dan Ibnu Luhay'ah.
Ringkasnya,
hadits tersebut tidak bersumber pada hadits-hadits marfu' dan sahih dari Rasulullah saw.. Karena itu, tidaklah berlebihan bila divonis sebagai hadits batil oleh para pakar hadits, seperti adz-Dzahabi dan al-Asqalani.
Hadits 26
"Sikap tegas (keras) menjadi ciri bagi umatku yang baik-baik."
Hadits tersebut dha'if. Ini diriwayatkan oleh ath-Thabrani, III/118 dan Ibnu 'Adi I/163, semuanya dari Salam ath-Thawil.
Al-Mukhallish dalam kitab al-Fawa'id al-Muntaqat mengatakan bahwa Imam al-Baghawi berkata, "Hadits ini munkar dan Salam ath-Thawil itu lemah sekali." Bahkan, diutarakan al-Manawi dalam kitab al-Faidh bahwa Salam ath-Thawil dan Fadhl bin Athiyyah ditinggalkan riwayatnya.
Menurut saya; sekalipun Fadhl bin Athiyyah dinyatakan dha'if, tidaklah seperti yang telah dituduh oleh jumhur pakar hadits bahwa dia pendusta dan pemalsu hadits.
Hadits 27
"Sikap tegas itu meliputi para pengemban Al-Qur'an karena keluhuran Al-Qur'an dalam hati mereka."
Ini adalah hadits maudhu'. Diutarakan oleh as-Suyuthi dalam kitab al-Jami'ush-Shaghir dari riwayat Ibnu Adi. Pensyarahnya yakni al-Manawi menyatakan bahwa dalam sanadnya terdapat Wahab bin Rahb bin Katsir. Ibnu Mu'in menyatakan bahwa dia itu pendusta, sedangkan Imam Ahmad menyatakan bahwa Wahab pemalsu hadits.
Hadits 28
"Sikap tegas itu tidak akan ada kecuali pada umatku yang saleh dan yang paling baik, kemudian akan sirna."
Hadits ini maudhu' dan diriwayatkan oleh Bisyran dalam kitab al-Amali dengan sanad dari Bisyr bin Husain.
Saya katakan, Bisyr ini pendusta. Bahkan oleh ad-Daru Qhuthni dinyatakan tertolak riwayatnya. Kemudian Abu Hatim mengatakan bahwa Bisyr ini telah berdusta pada Zubair.
Hadits 29
"Umatku yang terbaik ialah mereka yang berwatak keras (tegas) yang bila mereka marah segera sadar."
Ini hadits batil. Al-Uqaili meriwayatkannya dalam kitab Kumpulan Hadits-hadits Dha'if, halaman 217, kemudian menyatakan, "Sanadnya dari Abdullah bin Qunbur dan dia ini tidak suka meneliti sanad."
Kemudian al-Uzdi mengatakan, "Riwayat Abdullah bin Qunbur tersebut tidak diterima jumhur pakar hadits. Bahkan adz-Dzahabi menyatakan bahwa riwayatnya batil dan dibenarkan oleh Ibnu Hajar.
Hadits 30
"Kebaikan itu ada pada diriku dan umatku sampai hari kiamat."
Hadits tersebut tidak ada sumbernya. Dinyatakan dalam kitab al-Maqashid bahwa Ibnu Hajar mengatakan, "Aku tidak mengetahui sumber aslinya."
Judul Asli: Silsilatul-Ahaadiits adh-Dhaifah wal Maudhu'ah wa Atsaruhas-Sayyi' fil-Ummah
Judul: Silsilah Hadits Dha'if dan Maudhu'
Penulis: Muhammad Nashruddin al-Albani
Penterjemah: A.M. Basamalah, Penyunting: Drs. Imam Sahardjo HM.
Cetakan 1, Jakarta
Gema Insani Press, 1994
Jln. Kalibata Utara II No.84 Jakarta 12740
Telp.(021) 7984391 - 7984392 - 7988593
Fax.(021) 7984388
Cetakan Pertama, Shafar 1416H - Juli 1995M
Sumber: http://media.isnet.org/hadits/dm1/index.html
Peringatan Buat pengunjung: Bagi yang ingin mengopi paste artikel dari website ini, sekiranya juga mengopi Footnote atau Jejak Kaki. Agar dapat memudahkan teman-teman lainnya untuk merajuk kesumbernya, terima kasih.
Demikianlah Artikel ini kami susun, yang tentunya masih banyak kekurangan yang harus disempurnakan dikemudian hari.
Dalam sebuah untaian kalimat yang indah Ibnu Rajab rahimahullah pernah berkata, “Allah tidak menjadikan ‘ishmah (selamat dari kesalahan) pada selain Kitab-Nya.” (Al-Qawaidul Fiqhiyyah, Ibnu Rajab, l/2)
Alhamdulilaahi Rabbil ‘aalamin..