Dari Anas bin Malik, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Pada hari qiyamat kelak akan didatangkan kepada Allah seorang dari penghuni surga. Kemudian Allah bertanya, “Wahai anak Adam, bagaimana kedudukan yang engkau dapatkan?”
Ia menjawab, “Wahai Rabbku ini adalah kedudukan yang terbaik.” Allah Ta’ala berfirman (padanya), “Mintalah dan berharaplah.”
Ia menjawab, “Wahai Rabbku, saya tidak akan meminta dan berharap kecuali saya ingin dikembalikan ke dunia agar saya terbunuh di jalan-Mu sepuluh kali lagi.” Hal itu karena ia melihat keutamaan orang yang mati syahid.” [Shahih: Shahih Muslim no. 1877; Sunan An-Nasa`i no. 3160]
Amal-amal yang bisa mengantarkan kita kepada derajat syahid, tanpa kita terjun ke medan jihad fi sabilillah lantas wafat di sana.
- ORANG YANG KELUAR DARI RUMAHNYA DENGAN TUJUAN BERJIHAD, KEMUDIAN IA MATI DENGAN SEBAB APAPUN.
Dari Abu Musa Al-Asy’ari, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Barangsiapa keluar dari rumahnya untuk berjihad di jalan Allah kemudian mati terbunuh, mati terjatuh dari tunggangannya, mati disengat hewan beracun, atau mati di atas ranjangnya dengan jalan (cara) apapun yang Allah kehendaki, maka ia mati syahid dan ia berhak mendapatkan surga.” [Shahih: Sunan Abu Dawud no. 2499. Shahih Al-Jami’ no. 6413]
- ORANG YANG TERBUNUH DI JALAN ALLAH SEKALIGUS PERALATAN JIHADNYA.
Dari Abu Umamah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Sebaik-baik orang yang mati syahid adalah orang yang darahnya dialirkan (terbunuh oleh musuh) dan kudanya juga dibunuh.” [Shahih: Shahih Al-Jami’ no. 1108]
- ORANG YANG BERDOA MEMINTA KEPADA ALLAH AGAR DIWAFATKAN DALAM KEADAAN SYAHID MESKIPUN IA MATI DI ATAS TEMPAT TIDURNYA.
Dari Sahl bin Hunaif, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Barangsiapa benar-benar meminta mati syahid niscaya Allah mengantarkannya kepada derajat orang-orang yang mati syahid sekalipun ia mati di atas ranjangnya.” [Shahih: Shahih Muslim no. 1909]
Ibnu Hajar rahimahullah berkata, “Derajat orang yang berjihad terkadang bisa diraih oleh orang yang tidak berjihad. Bisa jadi karena niatnya yang tulus atau bisa juga karena amal shalih yang menyamainya. Setelah menjelaskan bahwa surga firdaus itu dipersiapkan untuk orang-orang yang berjihad, Allah memerintah kita untuk berdoa meminta surga Firdaus.” [Fat-h Al-Bari 6/16 syarah hadits no. 279]
- ORANG YANG MATI KARENA TERSERANG PENYAKIT THA’UN.
Dari Jabir bin ‘Abdillah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Orang yang lari (menghindar) dari penyakit tha’un seperti orang yang lari dari peperangan. Siapa yang bersabar menerimanya, niscaya mendapatkan pahala mati syahid.” [Shahih: Shahih Al-Jami’ no. 4277]
- MENINGGAL KARENA MEMBELA HARTANYA.
Dari ‘Abdullah bin Amr bin Al-Ash, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Barangsiapa terbunuh karena membela hartanya maka ia mati syahid.” Dalam suatu riwayat disebutkan dengan redaksi, “Barangsiapa yang hartanya hendak diambil orang tanpa alasan yang benar, kamudian ia mempertahankannya sampai ia terbunuh, maka ia mati syahid.” [Shahih: Shahih Al-Bukhari no. 2480; Shahih Sunan At-Tirmidzi no. 4771]
Saya mendengar hati Anda bertanya, ”Saya ingin tetap hidup dan harta saya masih ada. Apa saya tidak boleh untuk tetap hidup dan tidak meninggal terlebih dahulu?” Saudaraku, ternyata kegusaran hati Anda ini sudah pernah dialami oleh shahabat Rasulullah.
Dari Mukhariq, ia menceritakan, Seseorang datang kepada Nabi, ia berkata, “Seseorang datang kepadaku, kemudian ia menginginkan hartaku?” Nabi memberikan solusi, ”Ingatkanlah ia kepada Allah.” Ia menyahut, ”Jika ia tidak mau mengingat-Nya?” Nabi memberikan solusi kembali, ”Mintalah pertolongan kepada orang-orang di sekitarmu dari kaum muslimin.” Ia bertanya, ”Jika di sekitarku tidak ada seorang pun dari kaum muslimin?” Nabi melanjutkan solusi beliau, ”Memintalah pertolongan kepada penguasa.” Ia masih bertanya lagi, ”Jika penguasa jauh dariku?” Akhirnya Nabi memerintahkannya, ”Hadapilah ia, maka Anda termasuk golongan syahid akhirat atau Anda mempertahankan hartamu.”.” [Hasan shahih: Shahih Sunan An-Nasa`i no. 4092; Ahkam Al-Janaiz hal. 41]
- MENINGGAL KARENA SAKIT RADANG SELAPUT DADA.
Dari ‘Uqbah bin Amir, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Meninggal karena dzatul janbi (sakit radang tenggorokan) adalah syahid.” [Shahih: Shahih Al-Jami’ no. 6738]
Dzatul janbi adalah bisul yang tumbuh di tenggorokan dan tumbuh kea rah dalam atau ke arah luar sampai membuat penderitanya meninggal. [Lihat Jami’ Al-Ushul, Ibnu Al-Atsir 2/742]
- MENINGGAL KARENA MABUK LAUT DAN TENGGELAM.
Dari Ummu Haram, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Orang yang (meninggal karena) mabuk laut akan mendapatkan pahala orang yang mati syahid. Dan orang yang mati karena tenggelam mendapatkan pahala dua orang yang mati syahid.” [Shahih: Shahih Al-Jami’ no. 6642]
Tenggelam tidak hanya di air, tapi tenggelam mencakup pula tenggelam di darat, seperti tertimbun longsor, tertimbun saat menggali, tertimbun saat berada di dalam gua, tertimbun hujan abu vulkanik, tertimbun tsunami, dan sejenisnya.
- MENINGGAL KARENA PENYAKIT PERUT, TERBAKAR, TERKENA BANJIR, ATAU WANITA YANG MENINGGAL KETIKA MELAHIRKAN ATAU KARENA MELAHIRKAN (YAITU SAAT NIFAS).
Dari Rasyid bin Hubaisy, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Orang yang terbunuh di jalan Allah adalah syahid. Orang yang mati karena sakit tha’un adalah syahid. Orang yang mati karena tenggelam adalah syahid. Orang yang mati karena wabah penyakit perut adalah syahid. Orang yang mati karena terbakar adalah syahid. Orang yang mati karena banjir adalah syahid. Wanita yang meninggal ketika melahirkan, besok akan ditarik oleh anaknya dengan pusarnya ke surga.” [Shahih: Shahih Al-Jami’ no. 4439]
Dari ‘Abdullah bin Busr, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Orang yang terbunuh di jalan Allah adalah syahid, orang yang meninggal karena wabah penyakit perut adalah syahid, orang yang meninggal karena wabah penyakit tha’un adalah syahid, orang yang meninggal karena tenggelam adalah syahid, dan wanita yang meninggal karena melahirkan adalah syahid.” [Shahih: Shahih Al-Jami’ no. 4441]
- MENINGGAL KARENA TABRAKAN.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Orang-orang yang mati syahid itu ada lima; orang yang meninggal karena wabah penyakit tha’un, orang yang meninggal karena wabah penyakit perut, orang yang meninggal karena tenggelam, orang yang meninggal karena tabrakan, dan orang yang (meninggal) ketika berjihad di jalan Allah.” [Shahih: Shahih Al-Bukhari no. 2829; Shahih Muslim no. 1914]
- WANITA YANG MENINGGAL BERSAMA JANINNYA.
Dari Jabir bin Atik, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Orang yang mati syahid selain orang yang terbunuh di jalan Allah ada tujuh; orang yang terbunuh di jalan Allah adalah syahid, orang yang meninggal karena terjangkit wabah tha’un adalah syahid, orang yang meninggal karena tenggelam adalah syahid, orang yang meninggal karena penyakit radang selaput dada adalah syahid, orang yang meninggal karena wabah penyakit perut adalah syahid, orang yang meninggal karena terbakat adalah syahid, orang yang meninggal karena tabrakan adalah syahid, wanita yang meninggal bersama janin yang ada dalam kandungannya adalah syahid.” [Shahih: Shahih Al-Jami’ no. 3739]
- MENINGGAL KARENA PENYAKIT PARU-PARU.
Dari ‘Ubadah bin Ash-Shamit, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Orang yang meninggal karena penyakit paru-paru adalah syahid.” [Shahih: Shahih Al-Jami’ no. 3691]
- MENINGGAL KARENA MEMBELA DIRI DARI KEZHALIMAN ORANG LAIN.
Dari Suwaid bin Muqarrin, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Siapa yang terbunuh karena menentang orang yang menzhaliminya, maka ia adalah syahid.” [Shahih: Shahih Sunan An-Nasa`i no. 4107; Ahkam Al-Janaiz hal. 42]
BOLEHKAH MENGATAKAN SI FULAN SYAHID?
Di dalam kitab Sahihnya yang merupakan kitab paling sahih sesudah Al-Qur’an, Bukhari rahimahullah menulis bab berjudul
“Bab. Tidak boleh mengatakan si fulan Syahid” berdalil dengan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Allah yang lebih mengetahui siapakah orang yang benar-benar berjihad di jalan-Nya, dan Allah yang lebih mengetahui siapakah orang yang terluka di jalan-Nya.” (Sahih Bukhari, cet. Dar Ibnu Hazm, hal. 520)
Peringatan Buat pengunjung: Bagi yang ingin mengopi paste artikel dari website ini, sekiranya juga mengopi Footnote atau Jejak Kaki. Agar dapat memudahkan teman-teman lainnya untuk merajuk kesumbernya, terima kasih.
Demikianlah Artikel ini kami susun, yang tentunya masih banyak kekurangan yang harus disempurnakan dikemudian hari.
Dalam sebuah untaian kalimat yang indah Ibnu Rajab rahimahullah pernah berkata, “Allah tidak menjadikan ‘ishmah (selamat dari kesalahan) pada selain Kitab-Nya.” (Al-Qawaidul Fiqhiyyah, Ibnu Rajab, l/2)
Alhamdulilaahi Rabbil ‘aalamin..