Silsilah Hadits Dha'if dan Maudhu' Jilid 1
Oleh
Muhammad Nashruddin al-Albani
Hadits 161
"Aku orang Arab, Al-Qur'an berbahasa Arab, dan bahasa ahli surga adalah bahasa Arab."
Hadits ini maudhu' dan telah diriwayatkan oleh Thabrani dalam kitab al-Awsath dengan sanad dari Sa'adah bin Sa'ad, dari Ibrahim bin al-Mundzir, dari Abdul Aziz bin Imran, dari Syibl bin al-Ala, dari ayahnya, dari kakeknya, dari Abu Hurairah r.a.
Adz-Dzahabi berkata dalam kitab al-Mughni bahwa Syibl bin al-Ala dikatakan oleh Ibnu Adi telah meriwayatkan hadits-hadits munkar. Menurut saya, pernyataan Ibnu Adi tadi disepakati oleh mayoritas pakar hadits. Al-Haitsami misalnya, dalam kitab al-Majma' X/52-53 berkata, "Dalam riwayat itu terdapat pula Abdul Aziz bin Imran yang oleh para pakar hadits ditinggalkan riwayatnya dan oleh Ibnu Muin dinyatakan sebagai perawi bukan tsiqah." Imam Bukhari menyatakan, "Seluruh hadits yang dalam sanadnya terdapat nama Abdul Aziz, oleh mayoritas muhadditsin tidak diterima dan tidak pula ditulis."
Hadits 226
"Pakailah cincin dengan batu akik karena batu akik itu diberkati."
Hadits ini maudhu' dan diriwayatkan oleh al-Muhamli dalam kitab al-Amali II/41, al-Khatib dalam Tarikh Baghdad XI/251 dan juga al-Uqaili dalam adh-Dhu'afa halaman 466 dengan sanad dari Ya'qub bin al-Walid al-Madani, sedangkan Ibnu Adi I/356 dengan sanad dari Ya'qub bin Ibrahim az-Zuhri yang semuanya dari Hisyam bin Urwah, dari ayahnya, dari Aisyah r.a.
Dari sanad Uqaili dalam kitab al-Maudhu'at Ibnul Jauzi menyebutkan, "Ya'qub adalah pendusta dan pemalsu." Uqaili sendiri berkata, "Dalam hal ini tidak terbukti kesahihannya bersumber dari Rasulullah saw."
Dalam mengutarakan biografi Ya'qub ini adz-Dzahabi berkata, "Imam Ahmad berkata, 'Ia termasuk deretan pendusta besar dan pemalsu hadits ranking atas.'" Kemudian adz-Dzahabi menyebut hadits di atas. Ibnu Adi berkata, "Ya'qub bin Ibrahim ini tidak dikenal dan riwayat ini dicuri dari Ya'qub bin al-Walid."
Seperti biasa, As-Suyuthi selalu berusaha mengomentari pernyataan Ibnul Jauzi. Dalam kitab al-La'ali II/282 ia berkata, "Hadits ini mempunyai sanad lain dari Hisyam yang dikeluarkan oleh al-Khatib dan Ibnu Asakir dengan sanad dari Abi Said Syu'aib bin Muhammad bin Ibrahim asy-Syu'aibi, dari Abu Abdillah Muhammad bin Washir al-Qami, dari Muhammad bin Sahl bin al-Fadhl bin Askar Abu al-Fadhl, dari Khalad bin Yahya, dari Hisyam bin Urwah.
Menurut saya, sanad ini sangat gelap, tidak ada titik terangnya sama sekali. Para rijal sanad yang di bawah Khalad tidak ada yang dikenal oleh para muhadditsin. Sementara itu, hadits serupa telah banyak dikeluarkan dan semua sanadnya batil seperti yang dinyatakan o1eh as-Sakhawi dalam kitab al-Maqashid. Syekh Ali al-Qari dalam al-Maudhu'at halaman 37 berkata, "Riwayat hadits ini dikeluarkan oleh banyak perawi, diantaranya Dailami dengan sanad yang bersumber dari Anas, Umar, Ali dan Aisyah. Itu menunjukkan bahwa riwayat ini mempunyai sumber yang jelas."
Menurut saya, ini adalah pernyataan yang mengambang dan tidak mengena. Di samping oleh as-Sakhawi telah dinyatakan semua sanadnya batil, hadits ini juga telah menyimpang dari ketetapan-ketetapan dan kaidah-kaidah yang disepakati kalangan pakar hadits dan ilmunya. Disebutkan bahwa banyaknya sanad dalam suatu riwayat dapat menguatkan kedudukan suatu hadits. Namun yang ada dalam riwayat hadits ini tidak demikian. Sebagian besar sanadnya tidak lepas dari tertuduh sebagai pendusta. Di samping itu, lafazh matannya pun tidak tetap. Misalnya, dalam riwayat Aisyah dinyatakan 'diberkahi', sedang pada riwayat yang lain dinyatakan 'dapat menolak kefakiran', dan sebagainya, yang sungguh tidak bisa dibenarkan syariat maupun akal sehat.
Hadits serupa ini sangat banyak diriwayatkan dan sangat menyesatkan akidah yang sehat dan murni. Di antaranya adalah hadits-hadits berikut ini:
Hadits 227
"Gunakanlah cincin akik karena sesungguhnya cincin akik itu dapat menolak kefakiran."
Hadits ini maudhu'. Ibnul Jauzi meriwayatkannya dalam al-Maudhu'at dengan perawi Ibnu Adi, dari al-Husain bin Ibrahim al-Babi, dari Humaid ath-Thawil, dari Anas r.a. Ibnu Adi berkata, "Hadits ini batil dan Husain itu majhul."
Adz-Dzahabi dalam al-Mizan berkata, "Ini adalah hadits maudhu'." Pernyataan ini dikuatkan Ibnu Hajar dalam al-Lisan dan Ibnul Jauzi dalam al-Maudhu'at.
Hadits 228
"Gunakanlah cincin akik karena ia dapat menyukseskan segala urusan, dan tangan kanan lebih patut untuk dihiasi."
Hadis ini maudhu' dan diriwayatkan oleh Ibnu Asakir IV/291 dalam mengetengahkan biografi al-Hasan bin Muhammad bin Ahmad bin Hisyam as-Sulami,dengan sanad dari Abi Ja'far Muhammad bin Abdullah al-Baghdadi, dari Muhammad bin al-Hasan, dari Muhammad Ath-Thawil, dari Anas r.a.
Ibnu Hajar dalam al-Lisan II/269 berkata, "Tidak diragukan lagi bahwa hadits ini maudhu', namun saya tidak mengetahui siapa yang memalsukannya." Pernyataan ini dikukuhkan oleh as-Suyuthi dalam al-La'ali 11/273.
Hadits 229
"Pakailah cincin akik, karena seseorang tidak akan ditimpa kesedihan selama ia memakainya."
Hadits ini maudhu' dan diriwayatkan oleh Ali bin Mahrawiyah. Dalam sanadnya terdapat seorang bernama Daud bin Sulaiman al-Ghazi al-Jarjani yang oleh Ibnu Muin dinyatakan sebagai pendusta. Adz-Dzahabi berkata, "Dia adalah syekh kadzdzabin (biang pendusta)."
Hadits 230
"Barangsiapa memakai cincin akik, ia akan selalu menjumpai kebaikan."
Hadits ini maudhu'. Ibnul Jauzi meriwayatkannya dalam al-Maudhu'at dengan sanad dari Ibnu Hibban yakni dalam kitab adh-Dhuafa' dari Zuhair bin Ibad, dari Abu Bakar bin Syu'aib, dari Malik, dari az-Zuhri, dari Amr bin Syarid, dari Fatimah binti Rasulullah saw.
Ibnul Jauzi berkata,"Abu Bakar ini telah meriwayatkan dari Imam Malik, padahal itu bukan hadits darinya." Pernyataan ini dikukuhkan Suyuthi dalam al-La'ali II/271. Adz-Dzahabi dalam mengetengahkan biografi Abu Bakar berkata, "Ini dusta semata." Pernyataan itu disepakati Ibnu Hajar dalam al-Lisan.
Hadits 231
"Makanlah balah (kurma yang setengah masak) bercampur dengan yang sudah masak karena sesungguhnya setan marah bila melihatnya dan berkata, 'Hiduplah anak cucu Adam selama mereka makan yang baru bersamaan dengan yang lama.'"
Hadits ini maudhu' dan diriwayatkan oleh Ibnu Majah I/317 serta Uqaili dalam adh-Dhuafa' halaman 467 dan Ibnu Adi II/364, al-Khatib dalam Tarikh Baghdad V/353, Abu Naim dalam Akhbar Asbahan I/134, al-Hakim dalam al-Mustadrak 'ala Shahihain IV/21. Adz-Dzahabi dalam al-Mizan berkata, "Ini hadits munkar." Pernyataan serupa juga datang dari Imam Nasa'i dengan penuh ketegasan. As-Sindi berkata, "Dalam kitab Az-Zawa'id disebutkan bahwa dalam sanad hadits tersebut terdapat Abu Zakir Yahya bin Muhammad yang oleh Ibnu Muin dinyatakan dha'if."
Hadits 232
"Makanlah kurma sebelum makan atau minum setelah bangun tidur karena hal itu dapat mematikan cacing."
Hadits ini maudhu' dan diriwayatkan oleh Abu Bakar asy-Syafii dalam al-Fawa'id I/106 dan oleh Ibnu Adi II/258 dengan sanad dari Ishmah bin Muhammad, dari Musa bin Uqbah, dari Kuraib, dari Ibnu Abbas r.a.
Ibnu Adi berkata, "Seluruh riwayat Ishmah bin Muhammad tidak terjaga dan semuanya munkar." Ibnul Jauzi menempatkan riwayat ini dalam al-Maudhu'at dengan berkata, "Hadits ini tidak sahih" dan Ishmah itu pendusta."
Hadits 233
"Kebanyakan perhiasan kalung di surga nanti terbuat dari batu akik."
Hadits ini maudhu'. Abu Naim menempatkannya dalam al-Ha'liyyah VIII/281 dengan sanad dari Salim bin Maimun al-Khawash, dari Abi Muhammad Salam az-Zahid, dari Qasim bin Mi'an, dari saudara perempuannya Aminah binti Mi'an, dari Aisyah r.a. dengan berkata, "Hadits ini sangat asing. Kami tidak mengenali sanadnya kecuali hanya ini."
Ibnul Jauzi dalam al-Maudhu'at berkata, "Salam bin Salim adalah pendusta." Adapun Ibnu Hibban berkata dengan tegas, "Salam tidak dapat dijadikan hujjah." Sementara Ibnu Abi Hatim dalam al-'Ilal II/167 menanyakan pada ayahnya dan berkata, "Ia telah meriwayatkan dari Khalid al-Ahmar beberapa hadits munkar atau bahkan seperti hadits maudhu'."
Hadits 416
"Tuntutlah ilmu sekalipun ke negeri Cina."
Riwayat ini batil. Ini diriwayatkan oleh Ibnu Adi II/207, Abu Naim dalam Akhbar Ashbahan II/106, al-Khatib dalam at-Tarikh IX/364 dan sebagainya, yang kesemuanya dengan sanad dari al-Hasan bin Athiyah, dari Abu Atikah Tharif bin Salman, dari Anas bin Malik r.a. Kemudian semuanya menambahkan lafazh fa inna thalabal ilmi faridlatun 'ala kulli muslimin. Ibnu Adi berkata, "Tambahan kata walaw bish Shin kami tidak mengenalinya kecuali datang dari al-Hasan bin Athiyah." Begitu pula pernyataan al-Khatib dalam kitab Tarikh seperti dikutip Ibnul Muhib dalam al-Fawa'id.
Kelemahan riwayat ini terletak pada Abu Atikah yang telah disepakati muhadditsin sebagai perawi sanad yang sangat dha'if. Bahkan oleh Imam Bukhari dinyatakan munkar riwayatnya. Begitu pula jawaban Imam Ahmad bin Hanbal ketika ditanya tentang Abu Atikah ini.
Ringkasnya, susunan dari hadits di atas adalah sangat dha'if atau bahkan sampai pada derajad batil. Saya kira kebenaran ada pada ucapan Ibnu hibban dan Ibnul Jauzi yang berkata bahwa hadits di atas tidak ada sanadnya yang baik atau bahkan dianggap baik sampai derajad dapat dikuatkan atau saling menguatkan antara satu sanad dengan sanad yang lainnya.
Adapun bagian kedua (tambahannya), mungkin dapat dinaikkan derajadnya kepada hadits hasan, seperti diutarakan oleh al-Mazi sebab sanadnya banyak yang bersumber pada Anas r.a. Dalam hal ini dari hasil penyelidikan yang saya lakukan, saya telah menemukan delapan sanad yang dapat diandalkan yang kesemuanya bersumber kepada sahabat Rasulullah saw., diantaranya adalah Anas, Ibnu Abbas, Ibnu Umar, Ibnu Mas'ud, Ali, Abu Said, dan sebagainya. Hingga kinipun saya masih menelitinya hingga saya benar-benar yakin dalam memvonis shahih, hasan ataupun dha'ifnya sanad-sanad tersebut. Wallahu a'lam.
Judul Asli: Silsilatul-Ahaadiits adh-Dhaifah wal Maudhu'ah wa Atsaruhas-Sayyi' fil-Ummah
Judul: Silsilah Hadits Dha'if dan Maudhu'
Penulis: Muhammad Nashruddin al-Albani
Penterjemah: A.M. Basamalah, Penyunting: Drs. Imam Sahardjo HM.
Cetakan 1, Jakarta
Gema Insani Press, 1994
Jln. Kalibata Utara II No.84 Jakarta 12740
Telp.(021) 7984391 - 7984392 - 7988593
Fax.(021) 7984388
Cetakan Pertama, Shafar 1416H - Juli 1995M
Sumber: http://media.isnet.org/hadits/dm1/index.html
Peringatan Buat pengunjung: Bagi yang ingin mengopi paste artikel dari website ini, sekiranya juga mengopi Footnote atau Jejak Kaki. Agar dapat memudahkan teman-teman lainnya untuk merajuk kesumbernya, terima kasih.
Demikianlah Artikel ini kami susun, yang tentunya masih banyak kekurangan yang harus disempurnakan dikemudian hari.
Dalam sebuah untaian kalimat yang indah Ibnu Rajab rahimahullah pernah berkata, “Allah tidak menjadikan ‘ishmah (selamat dari kesalahan) pada selain Kitab-Nya.” (Al-Qawaidul Fiqhiyyah, Ibnu Rajab, l/2)
Alhamdulilaahi Rabbil ‘aalamin..