Oleh : Abdul Halim Muhammad Ahmad Abu Syuqqah.
1. KITAB: THALAK, BAB: PENJELASAN BAHWA MEMBERIKAN PILIHAN KEPADA ISTRI ITU BUKAN BERARTI MENCERAIKAN TANPA NIAT,
Jabir bin Abdullah berkata: "Pada suatu hari Abu Bakar meminta izin untuk menemui Rasulullah Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam. Dia menjumpai beberapa orang sedang duduk di dekat pintu rumah Rasulullah Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam. Belum seorang pun dari mereka yang diizinkan masuk.
Jabir berkata bahwa Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam. mengizinkan Abu Bakar masuk. Maka masuklah Abu Bakar. Kemudian datang pula Umar. Dia minta izin untuk masuk dan diberi izin. Sesampainya di dalam, Umar mendapati Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam. sedang duduk diam membisu.
Tampaknya beliau sedang bersedih. Sementara di sekeliling beliau duduk istri-istri beliau. Melihat suasana yang dingin itu, Umar bermaksud mengatakan sesuatu yang dapat membuat Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam. tertawa. Umar berkata: 'Wahai Rasulullah seandainya aku lihat putri Kharijah menuntut belanja kepadaku, niscaya aku akan bangun dan mencekik lehernya.'
Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam. lalu tertawa mendengarkan kata-kata Umar itu. Kemudian beliau berkata: 'Mereka ini berada di sekitarku sebagaimana kamu lihat sendiri, juga untuk menuntut belanja kepadaku.'
Abu Bakar bergegas berdiri menuju Aisyah, sementara Umar berdiri menuju Hafshah dengan niat mencekik leher putri-putri masing-masing. Keduanya berkata: 'Apakah kalian menuntut dari Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam. sesuatu yang tidak beliau miliki?' Mereka menjawab: 'Demi Allah, kami tidak meminta dari beliau sesuatu yang tidak beliau miliki."' (HR Muslim, Kitab: Thalak, Bab: Penjelasan bahwa memberikan pilihan kepada istri itu bukan berarti menceraikan tanpa niat, jilid 4, hlm. 187)
2. KITAB: KEUTAMAAN-KEUTAMAAN PARA SAHABAT, BAB: DI ANTARA KEUTAMAAN UMAR BIN KHATTAB RADHIYALLAHU 'ANHU
Dari Sa'ad bin Abi Waqqash, dia berkata: "Pada suatu hari Umar minta izin untuk masuk kepada Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam. Kebetulan waktu itu ada beberapa orang wanita Quraisy sedang berbicara dengan beliau dengan suara yang cukup keras, dan mereka banyak sekali mengajukan pertanyaan. Mendengar Umar minta izin masuk mereka bergegas berlari menuju balik tabir.
Lalu Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam. sambil tertawa mengizinkan Umar masuk. Melihat Rasulullah tertawa Umar berkata: 'Semoga Allah membuatmu tetap dalam keadaan senang dan gembira, wahai Rasulullah!'
Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam. berkata: 'Aku merasa heran dengan ulah wanita-wanita yang berada di sampingku tadi. Begitu mendengar suaramu, mereka bergegas menuju balik tabir.'
Umar menjawab: 'Bagaimanapun juga, engkaulah sebenarnya, wahai Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam. yang lebih pantas untuk mereka segani.' Selanjutnya Umar berkata: 'Wahai wanita-wanita yang menjadi musuh dirinya sendiri, apakah kalian segan kepadaku sementara tidak segan kepada Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam.'
Mereka menjawab: 'Ya, lantaran kamu lebih keras dan lebih kasar ketimbang Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam.'
Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam. bersabda: 'Demi yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya, tidak akan pernah setan menemuimu di satu jalan yang kamu lalui, kecuali dia pasti akan mencari jalan lain selain jalan yang kamu lalui itu.'" (HR Bukhari, Kitab: Permulaan makhluk, Bab: Sifat Iblis dan bala tentaranya, jilid 7,hlm. 152. Muslim, Kitab: Keutamaan-keutamaan para sahabat, Bab: Di antara keutamaan Umar r.a., jilid 7, hlm. 115)
3. KITAB: KEUTAMAAN-KEUTAMAAN PARA SAHABAT, BAB: MENGENAI KEUTAMAAN AISYAH RADHIYALLAHU 'ANHA
Dari Aisyah r.a. dikatakan bahwa Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam., jika ingin bepergian, beliau mengundi istri-istrinya. Suatu ketika yang beruntung mendapatkan undian adalah Aisyah dan Hafshah. Maka merekalah yang ikut bersama Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam.
Ketika malam tiba, Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam. berjalan bersama Aisyah dan bercakap-cakap dengannya. Pada hari yang lain Hafshah berkata kepada Aisyah: "Maukah kamu nanti malam mengendarai untaku dan aku mengendarai untamu, dan kita saling mengawasi?" Aisyah menjawab: "Tentu saja mau."
Maka Aisyah naik unta Hafshah dan Hafshah menaiki unta Aisyah. Setelah itu datang Rasulullah menuju unta Aisyah yang ketika itu ditunggangi oleh Hafshah. Setelah mengucapkan salam, Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam. berjalan bersama. Kemudian berhenti di suatu tempat.
Aisyah kehilangan jejak mereka. Mengetahui mereka berhenti di satu tempat, Aisyah merasa cemburu. Lalu dia menginjakkan kakinya di antara rerumputan liar yang harum baunya, seraya berkata: "Ya Tuhan, semoga ada kala atau ular yang menggigitku. Aku tidak kuasa mengatakan sesuatu apa pun kepadanya." (HR Bukhari, Kitab: Nikah, Bab: Mengundi di antara para istri apabila beliau ingin melakukan perjalanan, jilid 11, hlm. 223. Muslim, Kitab: Keutamaan-keutamaan para sahabat, Bab: Mengenai keutamaan Aisyah r.a., jilid 7, hlm. 138)
4. KITAB: NIKAH, BAB: GHIRAH (CEMBURU)
Anas berkata: "Pada suatu saat Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam. berada di samping beberapa orang istri beliau, salah seorang ummul mukminin mengirimkan satu piring makanan. Tiba-tiba istri yang di rumahnya Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam. berada, memukul tangan pelayan yang membawa piring makanan itu sehingga piringnya jatuh dan pecah.
Lalu Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam. mengumpulkan pecahan piring dan makanan yang tadinya berada dalam piring yang pecah itu. Beliau berkata: 'Ibumu cemburu.' Beliau menahan pelayan tadi sampai beliau memberikan piring dari istri yang di rumahnya beliau berada. Piring yang utuh itu beliau serahkan kepada istri yang piringnya pecah dan beliau menahan piring yang sudah pecah di rumah istri beliau yang telah memecahkan piring tadi." (HR Bukhari, Kitab: Nikah, Bab: Ghirah (cemburu), jilid 11, hlm. 237)
5. KITAB: NIKAH, BAB: MENGGILIR DI ANTARA PARA ISTRI
Anas berkata: "Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam. memiliki sembilan orang istri. Apabila beliau menggilir, maka mereka semua akan kebagian. Setiap malam mereka berkumpul di rumah istri yang akan beliau datangi.
Pada suatu malam, beliau berada di rumah Aisyah, maka datanglah Zainab dan beliau mengulurkan tangannya untuk menyambutnya. Aisyah berkata: 'Ini Zainab.'
Lalu Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam. menahan tangannya. Beberapa saat kemudian mereka berdua bertengkar dengan suara keras dan ucapan yang kotor. Terdengar suara iqamatushashalat. Abu Bakar lewat di rumah itu dan mendengar suara mereka berdua. Abu Bakar lalu berkata: 'Keluarlah wahai Rasulullah untuk menunaikan shalat dan sumpal saja mulut mereka dengan pasir!'
Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam. lalu keluar. Aisyah merasa agak sedikit kecewa dan merasa terganggu dengan sikap ayahnya tersebut. Setelah Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam. selesai menunaikan shalat, Abu Bakar pergi menemui Aisyah dan melontarkan kata-kata yang keras: 'Apa layak kamu melakukan ini?' (HR Muslim, Kitab: Nikah, Bab: Menggilir di antara para istri, jilid 4, hlm. 173)
6. KITAB: HIBAH (PEMBERIAN), KEUTAMAAN, DAN ANJURAN UNTUK MELAKUKANNYA
Aisyah r.a. berkata bahwa istri-istri Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam. terbagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama terdiri atas Aisyah, Hafshah, dan Saudah. Sementara kelompok kedua terdiri atas Ummu Salamah dan istri-istri Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam. yang lain.
Semua kaum muslimin sudah sama-sama tahu betapa cintanya Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam. kepada Aisyah. Apabila ada salah seorang sahabat yang mempunyai hadiah yang akan dia berikan kepada Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam., maka biasanya dia akan menangguhkan pemberian tersebut, sampai Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam. sedang berada di rumah Aisyah.
Suatu hari ada seorang sahabat yang mengirimkan hadiah kepada Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam. ketika beliau sedang berada di rumah Aisyah. Rupanya hal itu diketahui oleh kelompok Ummu Salamah.
Mereka berkata kepada Ummu Salamah: "Kamu bicaralah kepada Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam. supaya beliau mau menasihati para sahabatnya: 'Barangsiapa yang bermaksud memberikan hadiah kepada beliau, supaya dia berikan saja di rumah istri mana pun beliau berada.' Ummu Salamah menyampaikan kepada Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam apa yang diusulkan oleh kelompoknya itu. Akan tetapi beliau tidak menanggapi apa yang disampaikan Ummu Salamah itu sedikit pun. Ketika hal itu disampaikan kepada mereka, mereka tidak berputus asa.
Mereka mendesak supaya Ummu Salamah mencobanya lagi. Ummu Salamah menurut saja. Sekali lagi dia sampaikan usulan kelompoknya itu kepada Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam. di saat beliau tengah berada di rumahnya. Namun Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam. juga tidak menanggapinya sedikit pun. Kelompok Ummu Salamah masih juga belum berputus asa. Mereka tetap membujuk Ummu Salamah agar mau melakukannya sekali lagi. Dan lagi-lagi Ummu Salamah menuruti kehendak mereka. Untuk ketiga kalinya Ummu Salamah nmenyampaikan hal itu kepada Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam. pada saat beliau berada di rumahnya. Dan kali ini rupanya Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam. mau menanggapi.
Beliau berkata kepada Ummu Salamah: 'Jangan kamu sakiti aku tentang Aisyah. Sesungguhnya wahyu tidak turun kepadaku ketika aku berada dalam kain seorang wanita (istri) kecuali Aisyah.' Seketika itulah Ummu Salamah berkata: 'Aku bertobat kepada Allah karena telah menyakitimu, wahai Rasulullah.'
Kemudian anggota kelompok Ummu Salamah tersebut memanggil Fathimah putri Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam. Mereka mengutus Fathimah supaya menyampaikan pesan kepada Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam. yang isinya: 'Sesungguhnya istri-istrimu mendambakan supaya berlaku adil khususnya menyangkut putri Abu Bakar.'
Mendengar pesan yang disampaikan putrinya itu Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam. berkata: 'Wahai putriku, apakah kamu tidak menyenangi akan apa yang aku senangi?' Fathimah menjawab: 'Tentu saja ayah.' Fathimah lalu pulang dan menceritakan kepada mereka tanggapan Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam. tersebut.
Ketika mereka membujuk Fathimah supaya balik lagi menghadap Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam., dia menolak. Salanjutnya mereka mendesak Zainab binti Jahasy. Meski dengan terpaksa, akhirnya Zainab mau juga menemui Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam. dan berkata: 'Sesungguhnya istri-istrimu mendambakanmu supaya berlaku adil dalam memperlakukan putri Abu Quhafah.' Zainab mengucapkan kata-katanya itu dengan suara yang agak keras, sehingga terdengar oleh Aisyah yang kebetulan berada tidak jauh dari tempat itu. Aisyah sempat mencaci maki dalam hati. Kemudian Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam. sejenak memandang Aisyah barangkali dia akan berbicara.
Akhirnya Aisyah memang terpaksa berbicara untuk menangkis ucapan Zainab, sehingga Zainab terdiam dibuatnya. Selanjutnya Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam. kembali memandangi Aisyah dan berkata: 'Sesungguhnya dia adalah putri Abu Bakar.'" (HR Bukhari, Kitab: Hibah (pemberian), keutamaan, dan anjuran untuk melakukannya Bab: Orang yang memberikan hadiah kepada temannya, jilid 6, hlm. 133, HR Muslim. Kitab Keutamaan-keutamaan para sahabat, Bab: Keutamaan-keutamaan Aisyah r.a., jilid 7, hlm. 135)
7. KITAB: KEUTAMAAN-KEUTAMAAN PARA SAHABAT, BAB: MENGENAI HADITS UMMU ZARA',
Dari Aisyah, dia berkata: "Pada suatu hari sebelas orang wanita berkumpul di satu tempat. Mereka saling sepakat dan berjanji untuk tidak akan menyembunyikan sedikit pun perihal suami mereka masing-masing.
Wanita pertama mengatakan: 'Suamiku adalah ibarat unta kurus yang berada di puncak gunung. Dia tidak untuk didaki dan tidak pula gemuk, sehingga tidak ada yang berkeinginan untuk pindah kepadanya.'
Wanita kedua berkata: 'Maaf, aku terpaksa tidak bisa menuturkan secara rinci mengenai keadaannya. Aku khawatir tidak bisa melakukan hal itu. Jika sampai aku lakukan hal itu, sama artinya dengan mengungkapkan selurah aibnya.'
Wanita ketiga berkata: 'Suamiku berpostur tinggi. Jika aku ceritakan halnya, maka dia akan menceraikanku, dan jika aku diamkan, dia juga akan membuatku terkatung-katung.'
Wanita keempat berkata: 'Suamiku laksana cuaca malam hari di wilayah Tihamah, tidak terlalu panas dan juga tidak terlalu dingin, tidak menakutkan dan juga tidak membosankan.'
Wanita kelima berkata: 'Suamiku apabila sudah masuk rumah bagaikan kumbang yang lembut, pemalu, dan tidak banyak gangguannya dan apabila keluar rumah, dia ibarat singa yang garang. Dia sangat pemurah dan tidak suka menyelidiki berkurangnya uang.'
Wanita keenam berkata: 'Suamiku apabila makan, maka semua makanan akan dilahapnya, dan apabila minum, maka semua minuman akan diteguknya. Apabila tidur, dia menyendiri (mengabaikan istrinya). Namun dia tidak mau memasukkan telapak tangannya, karena takut mengetahui kesudahan istrinya.'
Wanita ketujuh berkata: 'Suamiku adalah orang yang emosional. Semua cacat (aib) semua orang ada pada orang itu. Namun demikian dia suka melukai kepala atau melukai tubuhmu, atau melakukan kedua-duanya sekaligus.'
Wanita kedelapan berkata: 'Suamiku memiliki sentuhan khusus bagaikan sentuhan kelinci dan mempunyai aroma khusus bagaikan aroma bunga wangi.'
Wanita kesembilan berkata: 'Suamiku berkedudukan tinggi, bertubuh tinggi, suka sekali menjamu tamu, dan rumahnya dekat dengan balai pertemuan.'
Wanita kesepuluh berkata: 'Suamiku bernama Malik. Apa itu malik? Malik artinya memiliki kebaikan melebihi apa dapat diungkapkan. Dia banyak sekali memiliki unta, kebanyakan unta-unta itu dibiarkan saja menderum di halaman rumah (agar mudah diperah susunya oleh tamu-tamu) dan banyak dipinjam untuk angkutan. Unta-unta tersebut bila mendengar suara kecapi, mereka sudah tahu bahwa sebentar lagi akan disembelih.'
Dan wanita yang kesebelas berkata: 'Suamiku bernama Abu Zara. Tahukah kamu siapa Abu Zara' itu? Dialah yang memberiku makanan-makanan berlemak sehingga aku kelihatan gemuk. Dia suka menyanjung-nyanjungku sehingga aku merasa senang. Dia tahu aku dari keluarga yang tidak mampu, namun dia mau menerimaku di tengah keluarganya yang cukup kaya. Dia tidak pernah meremehkan ucapanku. Setiap tidur aku bisa tidur pulas sampai pagi, dan aku bisa minum sampai puas.
Lalu Ummu Abu Zara, tahukah kamu siapa dia? Dia memiliki simpanan bahan pokok berkarung-karung dan rumahnya sangat luas. Ibnu Abi Zara. Tahukah kamu siapa dia? Dia memiliki tempat tidur laksana irisan pelepah kurma. Dia sudah merasa kenyang dengan hanya memakan sebelah kaki seekor kambing. Putri Abu Zara. Tahukah kamu siapa dia? Ia adalah seorang yang amat patuh terhadap kedua orang tuanya. Tubuhnya gempal dan dia adalah seorang yang sangat dermawan. Pelayan putri Abu Zara. Tahukah kamu siapa dia? Dia tidak pernah menyebarluaskan berita-berita. Dia sangat jujur sekalipun mengenai soal makanan. Dan dia orang yang sangat rajin bekerja dan tidak pernah membiarkan rumahku kotor.
Selanjutnya Ummu Zara mengatakan: 'Pada suatu hari Abu Zara keluar dengan membawa bekal bejana terbuat dari kulit yang sudah diisi penuh dengan susu. Dia bertemu dengan seorang wanita dengan dua orang anaknya yang laksana dua ekor macan kumbang. Mereka mempermainkan buah delima dari bawah pinggang ibunya tersebut. Dia menikahi wanita tersebut dan aku diceraikannya. Setelah itu aku menikah lagi dengan seorang laki-laki yang cukup budiman dan cukup kaya. Tunggangannya adalah seekor kuda pilihan. Dia juga memperlihatkan kepadaku sebuah kandang ternak yang penuh dengan unta, sapi, dan kambing. Aku disuruhnya menikmati semua itu. Kalau aku kumpulkan semua pemberiannya, maka belum ada apa-apanya dengan apa yang pernah diberikan Abu Zara kepadaku.'
Aisyah berkata: "Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam. berkata padaku: 'Aku terhadapmu adalah seperti Abu Zara terhadap Ummu Zara.'" (HR BBukhari, Kitab: Nikah, Bab: Mempergauli keluarga dengan baik, jilid 11, hlm. 164. Muslim, Kitab: Keutamaan-keutamaan para sahabat, Bab: Mengenai hadits Ummu Zara', jilid 7, hlm. 139)
Kitab: Kebebasan Wanita (Tahrirul-Ma'rah fi 'Ashrir-Risalah) Oleh: Abdul Halim Abu Syuqqah. Penerjemah: Drs. As'ad Yasin, Juni 1998. Penerbit Gema Insani Press, Jln. Kalibata Utara II No.84 Jakarta 12740. Telp. (021) 7984391-7984392-7988593, Fax. (021) 7984388. Sumber Artikel : http://media.isnet.org
Peringatan Buat pengunjung: Bagi yang ingin mengopi paste artikel dari website ini, sekiranya juga mengopi Footnote atau Jejak Kaki. Agar dapat memudahkan teman-teman lainnya untuk merajuk kesumbernya, terima kasih.
Demikianlah Artikel ini kami susun, yang tentunya masih banyak kekurangan yang harus disempurnakan dikemudian hari.
Dalam sebuah untaian kalimat yang indah Ibnu Rajab rahimahullah pernah berkata, “Allah tidak menjadikan ‘ishmah (selamat dari kesalahan) pada selain Kitab-Nya.” (Al-Qawaidul Fiqhiyyah, Ibnu Rajab, l/2)
Alhamdulilaahi Rabbil ‘aalamin..