Silsilah Hadits Dha'if dan Maudhu' Jilid 2
Oleh
Muhammad Nashruddin al-Albani
Hadits No. 501 KEPEDULIAN TERHADAP DUNIA DAN AKHIRAT
"Sebaik-baik kalian adalah yang tidak meninggalkan urusan akhiratnya untuk kepentingan dunianya, dan tidak pula meninggalkan kepentingan dunianya untuk kepentingan akhiratnya, dan tidak menjadi beban bagi manusia."
Hadits ini maudhu'. Telah dikeluarkan oleh Abu Bakar al-Uzdiya dalam al-Hadits-nya (I/5) dan al-Khathib dalam Tarikh Baghdad (IV/221) dengan sanad dari Naim bin Salim bin Qunbur, dari Anas bin Malik r.a.. Sanad riwayat hadits ini maudhu'. Sebab Yughnam bin Salim (dalam riwayat lain namanya tertera demikian, sedangkan dalam riwayat ini tertulis Naim bin Salim, tetapi yang lebih dikenal kalangan muhadditsin adalah Yughnam;) disebutkan oleh Abu Hatim sebagai perawi sanad yang dha'if. Sedangkan Ibnu Hibban mengatakan, "Ia pernah memalsukan sanad yang dinisbatkan kepada Anas bin Malik
Ibnu Yunus juga mengatakan: "Dia meriwayatkan dari Anas yang sebenarnya dia berdusta." Wallahu a'lam.
Hadits No. 502 CUKUPLAH KEMATIAN SEBAGAI NASIHAT
"Cukuplah kematian sebagai nasihat, cukuplah keyakinan sebagai kekayaan, dan cukuplah ibadah sebagai kesibukan."
Hadits ini sangat dha'if. Telah diriwayatkan o1eh Abu Said bin al-A'rabi dalam al-Mu'jam (I/97), al-Qudha'i (I/114), al-Qasim bin Asakir di dalam kitab Ta'ziyatul-Muslim (II/216), dan yang lainnya, dengan sanad dari Rabi' bin Badr, dari Yunus bin Ubaid, dari al-Hasan, dari Ammar r.a..
Menurut saya, sanad riwayat ini sangat lemah (dha'if), sebab nama Rabi' bin Badr oleh jumhur muhadditsin (ulama ahli hadits) ditinggalkan periwayatannya atau tidak diterima.
Hadits No. 503 ORANG YANG MEMBANTU MEMBUNUH SEORANG MUKMIN
"Barangsiapa membantu membunuh seorang mukmin meskipun dengan satu ucapan, maka ia akan menjumpai Allah 'Azza wa Jalla dengan tulisan di antara kedua matanya: 'orang yang putus asa terhadap rahmat Allah'."
Hadits ini dha'if. Telah dikeluarkan oleh Ibnu Majah (II/134), diriwayatkan oleh al-Uqaili dalam kitab adh-Dhu'afa (hlm. 457), dan diriwayatkan oleh al-Baihaqi (VIII/22) dengan sanad dari Yazid bin Ziad asy-Syami, dari az-Zuhri, dari Said bin Musayyab, dari Abu Hurairah r.a.. Al-Uqaili mengatakan, "Yazid bin Ziad ini oleh Imam Bukhari dinyatakan sebagai perawi munkar."
Adapun Imam Baihaqi sendiri sebagai salah seorang perawi hadits tersebut menyatakan, "Yazid bin Ziad itu munkar haditsnya atau riwayatnya."
Menurut saya --seperti yang sangat masyhur di kalangan pakar hadits-- pernyataan Imam Bukhari "munkar riwayat atau haditsnya" berarti tidak boleh meriwayatkan darinya. Sebab menurut beliau, perawi yang dimaksud berarti merupakan salah seorang perawi sanad yang tertuduh.
Sementara itu, adz-Dzahabi ketika mengutarakan biografi Yazid bin Ziad menukil pernyataan Abu Hatim yang mengatakan bahwa riwayat Yazid ini (maksudnya hadits No. 503) adalah batil dan maudhu'. Pernyataan ini juga disepakati oleh Ibnul Jauzi yang memasukkan hadits ini dalam deretan al-Maudhu'at-nya sambil menukil pernyataan Imam Ahmad: "Ini bukanlah hadits sahih."
Menurut saya, hadits ini mempunyai banyak riwayat yang bisa dijadikan sebagai penguat, namun ternyata dalam seluruh sanadnya ditemukan perawi-perawi yang berbeda-beda. Di antaranya ada yang dha'if, ada yang majhul (asing/tidak dikenal), bahkan oleh kalangan pakar hadits ada juga yang menyatakannya sebagai pendusta.
Hadits No. 504 SEBAIK-BAIK MAKANAN ADALAH KISMIS
"Sebaik-baik makanan adalah kismis, dapat menguatkan otot-otot, menghilangkan kesakitan atau kepenatan, meredakan emosi, mengharumkan bau mulut, menghilangkan riak, membeningkan warna." (Perawi menyebutkan sepuluh keistimewaannya, namun tidak dihafalnya).
Hadits ini maudhu'. Telah diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dalam kitab al-Majruhin atau lebih dikenal dengan adh-Dhu'afa (I/324, cetakan India), diriwayatkan juga oleh Abu Naim dalam kitab ath-Thibb (I/9), juga oleh Ibnu Asakir (I/115), dan lainnya, dengan sanad dari Said bin Ziad bin Faqid bin Ziad bin Abi Hind, dari ayahnya, dari kakeknya, dari bapak kakeknya.
Menurut saya, riwayat ini maudhu' (palsu). Sebab Said ini telah dinyatakan oleh al-Uzdi sebagai perawi sanad yang matruk (tidak diterima) riwayatnya.
Adapun Ibnu Hibban sebagai salah seorang perawi dalam riwayat ini mengatakan, "Saya sendiri tidak mengetahui dengan pasti di manakah kelemahan riwayat ini. Apakah pada Said, ayahnya, ataukah pada kakeknya. Sebab ayah dan kakek Said tidak dikenal riwayat hidupnya oleh kalangan pakar hadits, dan keduanya tidak meriwayatkan hadits kecuali hadits pada Said ini."
Hadits No. 505 ORANG YANG TIDAK RELA DENGAN QADHA ALLAH (1)
"Allah SWT berfirman dalam hadits Qudsi: 'Barangsiapa tidak rela dengan qadha (ketetapan)-Ku, dan tidak pula bersabar terhadap cobaan-Ku, maka hendaklah ia mencari tuhan selain Aku.'"
Hadits ini sangat dha'if. Telah diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dalam al-Majruhin (I/324), diriwayatkan pula oleh ath-Thabrani dalam Mu'jam al-Kabir, juga oleh Ibnu Asakir (I/115), dan lainnya, dengan sanad dan' Said bin Ziad sama seperti sanad di atas (hadits no. 504; Penj.).
Al-Haitsami dalam al-Majma' az-Zawa'id (VII/207) menyatakan: "Dalam sanadnya terdapat Said bin Ziad bin Hind, sedangkan ia ditolak riwayatnya oleh jumhur muhadditsin."
Sementara itu, al-Manawi mengutip pendapat al-Hafizh al-Iraqi dengan menyatakan: "Riwayat ini sangat dha'if." Barangkali pernyataan al-Manawi ini lebih mendekati kebenaran.Wallahu a'lam bish-shawab.
Hadits No 506 ORANG YANG TIDAK RELA DENGAN QADHA ALLAH (2)
"Barangsiapa tidak rela dengan qadha Allah, dan tidak mengimani (sepenuhnya) takdir Allah, maka hendaknya ia mencari tuhan selain Allah."
Hadits ini sangat dha'if. Telah dikeluarkan oleh ath-Thabrani dalam Mu'jam ash-Shaghir (hlm. 187). Kemudian dari sanadnya juga diriwayatkan oleh Abu Naim dalam kitab Akhbar al-Ashbahan (II/ 228), juga al-Khathib dalam Tarikh Baghdad (II/227), dengan sanad dari Suhail bin Abdullah, dari Khalid al-Khidza, dari Abu Qilabah, dari Anas bin Malik r.a..
Ath-Thabrani mengatakan, "Tidak ada yang meriwayatkan dari Khalid al-Khidza kecuali hanya Suhail."
Menurut saya, nama lengkap Suhail adalah bin Abi Hazm. Dan dia dinyatakan dha'if oleh jumhur ahli hadits. Wallahu a'lam.
Hadits No. 507 BILA KIAMAT TIBA, ALLAH MENUMBUHKAN SAYAP PADA SEBAGIAN UMATKU
"Bila saat kiamat tiba, maka Allah SWT menumbuhkan sayap pada sebagian umatku sehingga mereka dapat terbang dari dalam kuburnya, menuju surga. Di dalamnya mereka berkeliaran dengan bebas dan menikmati segalanya dengan leluasa. Berkatalah para malaikat kepada mereka, 'Sudahkah kalian melihat hisab?' Mereka menjawab, 'Kami tidak melihat hisab apa pun.' Para malaikat bertanya, 'Apakah kalian telah melewati shirath (titian)?' Mereka menjawab, 'Kami tidak melihat shirath sama sekali.' Para malaikat bertanya, 'Apakah kalian telah melihat neraka Jahanam?' Mereka menjawab, 'Kami tidak melihat apa pun.' Para Malaikat bertanya, 'Dari umat siapakah kalian?' Mereka menjawab, 'Kami dari umat Muhammad saw.' Para malaikat berkata, 'Demi Allah, kami menyukai kalian. Ceritakanlah kepada kami apa amalan kalian sewaktu di dunia?' Mereka menjawab, 'Ada dua hal yang dahulu selalu ada pada kami, hingga kami mencapai derajat ini dengan keutamaan rahmat Allah.' Para malaikat bertanya, 'Apa kedua hal itu?' Mereka menjawab, 'Dahulu, bila tengah menyendiri, kami merasa malu untuk berbuat maksiat kepada-Nya, dan kami selalu merasa puas dan rela dengan apa yang diberikan-Nya kepada kami walaupun sedikit.' Para malaikat berkata, 'Memang kalian berhak atas ini.'"
Hadits ini maudhu'. Telah dikeluarkan oleh Imam Ghazali dalam kitabnya Ihya'Ulumuddin (III/295). Adapun penelitinya, al-Iraqi, mengatakan, "Riwayat tersebut telah diriwayatkan Ibnu Hibban dan ditempatkan pada kitabnya adh-Dhu'afa." Selain itu, dalam sanadnya terdapat Humaid bin Ali al-Qaisi yang dianggap rusak. Para pakar hadits menganggap Humaid sebagai perawi sanad yang tidak baik. Bukan hanya itu, hadits ini juga tergolong munkar karena bertentangan dengan ayat-ayat Al-Qur an dan hadits-hadits sahih yang ada. Wallahu a'lam.
Hadits No. 508 ALLAH SENANG BILA KERINGANANNYA DITERIMA
"Sesungguhnya Allah senang bila diterima keringanan-keringananNya, seperti senangnya seorang hamba mendapat ampunan Tuhannya."
Hadits ini batil dengan lafazh seperti disebutkan. Telah dikeluarkan oleh ath-Thabrani dalam al-Mu'jam al-Ausath (I/104), dengan sanad dari al-Fadhl bin Abbas, dari Ismail bin Isa al-Aththar, dari Amr bin Abdul Jabbar, dari Abdullah bin Yazid bin Adam, dari Abud Darda dan Abu Umamah dan Anas serta Wailah bin al-Asqa'. Kemudian ia berkata, "Tidak ada yang meriwayatkan dari keempat sahabat tadi kecuali hanya Ismail bin Isa al-Aththar, dan hanya dengan sanad ini."
Menurut saya, Ismail bin Isa itu tsiqah (dapat dipercaya), hanya saja kelemahan sanad ini pada syekhnya, yaitu Amr bin Abdul Jabbar. Ibnu Adi mengatakan, "Orang ini telah meriwayatkan dari pamannya hadits-hadits munkar."
Sedangkan Imam Ahmad menyatakan bahwa kelemahan sanad riwayat tersebut adalah pada gurunya, yaitu Abdullah bin Yazid. Abdullah ini telah meriwayatkan hadits-hadits maudhu'.
Di samping itu, riwayat tersebut dengan lafazh seperti itu telah dinyatakan batil oleh muhadditsin. Namun demikian, ada riwayat serupa dengan sanad yang berbeda yang tergolong sahih. Di antara matannya seperti berikut: "Innallaaha yuhibbu an tu'taa rukhashuhu kamaa yakrahu an tu'taa ma'shiyatuhu."
Dalam riwayat lain disebutkan "kamaa yuhibbu an tu'taa 'azaa'imuhu". Maksudnya, bahwasanya Allah menyukai hamba yang menjalankan setiap rukhshah dari-Nya, sebagaimana halnya Allah juga menyukai mereka yang menjalankan perintah-perintah-Nya.
Hadits No. 509 HENDAKLAH KALIAN MENGGUNAKAN AL-HINDIBA
"Hendaknya kalian menggunakan al-hindiba (nama sayuran: andewi), karena sesungguhnya tidak sehari pun kecuali pastilah tertetesi tetesan dari surga."
Hadits ini maudhu'. Telah dikeluarkan oleh Abu Naim dalam ath-Thibb dengan sanad dari Muhammad bin Abi Yahya, dari Shalih bin Sahl, dari Musa bin Mu'adz, dari Umar bin Yahya bin Abi Salamah, dari Ummu Kultsum binti Abi Salamah, dari Ibnu Abbas r.a..
Menurut saya, sanad ini sangat lemah, sebab Musa bin Mu'adz dan Umar bin Yahya telah dinyatakan dha'if oleh ad-Daruquthni. Bahkan oleh Abu Naim sendiri, Umar bin Yahya dinyatakan sebagai perawi sanad yang ditinggalkan atau tidak diterima riwayatnya oleh para ahli hadits.
Adapun mengenai rijal (perawi) sanad yang di bawah keduanya tidaklah dikenal, alias majhul. Bahkan as-Suyuthi dalam kitabnya, al-Aali, menyatakan bahwa semua rijal sanad riwayat ini adalah rusak. Wallahu a'lam.
Hadits No. 510 HENDAKLAH KALIAN MEMAKAN ADAS
"Hendaklah kalian memakan getah sayur-sayuran, karena hal itu dapat menambah kecerdasan otak. Dan hendaknya kalian memakan adas (bijian semacam kacang), karena adas telah disucikan melalui lisan tujuh puluh nabi."
Hadits ini maudhu'. Telah diriwayatkan oleh Abu Musa al-Madaini, juga oleh Abu Naim dalam ath-Thibb-nya, dengan sanad dari Amr bin Hushain, dari Muhammad bin Abdullah bin Alatsah, dari Tsaur bin Yazid, dari Makhul, dari Watsilah Ibnul Asqa'.
Sanad riwayat ini maudhu' sebab Amr bin Hushain termasuk pendusta ulung, sedangkan gurunya --yaitu Muhammad bin Abdullah bin Alatsah-- sangat dha'if.
Hadits serupa sangat banyak diriwayatkan dengan sanad yang bermacam-macam. Akan tetapi tidak ada satu pun yang sahih. Di antara rijal sanadnya memiliki berbagai kelemahan, ada yang dha'if, majhul (tidak dikenal), mursal (terputus sanadnya, tidak sampai kepada Nabi), pendusta, dan sebagainya.
Hadits No. 511 HATI ANAK CUCU ADAM MELUNAK PADA MUSIM DINGIN
"Hati anak cucu Adam akan melunak pada musim dingin, karena Allah SWT menciptakan Adam dari tanah, dan tanah itu akan melembek ketika musim dingin."
Hadits ini maudhu'. Telah dikeluarkan oleh Abu Naim dalam al-Haliyyah (V/216), dengan sanad dari Umar bin Yahya, dari Syu'bah al-Hajjaj, dari Tsaur bin Yazid, dari Khalid bin Ma'dan, dari Mu'adz Ibnul Jabal. Kemudian Abu Naim berkata, "Secara tunggal, yang memarfu'kan riwayat/sanad ini kepada Nabi hanyalah Umar bin Yahya, padahal ia termasuk perawi sanad yang tidak diterima riwayatnya oleh jumhur ulama hadits."
Sementara itu, adz-Dzahabi dalam mengutarakan biografi Umar bin Yahya menyatakan bahwa perawi sanad ini terbukti telah memberitakan berita maudhu' (palsu).
Hadits No. 512 MAKANLAH MAKANAN YANG BERMINYAK
"Makanlah (makanan) yang berminyak, dan gunakanlah (minyak) untuk menggosok, karena sesungguhnya minyak itu dapat menyembuhkan tujuh puluh penyakit, di antaranya adalah kusta."
Hadits munkar. Telah dikeluarkan oleh Abu Naim dalam ath-Thibb, dengan sanad dari ath-Thabrani, dari Yahya bin Abdul Baqi, dari Ahmad bin Muhammad bin Abi Bazzah, dari Ali bin Muhammad ar-Rahhal, dari al-Auza'i, dari Makhul, dari Abu Malik, dari Abu Hurairah r.a..
Menurut saya, riwayat hadits ini munkar karena terdapat nama Yahya bin Abdul Baqi, yang mempunyai julukan al-Udzni. Sedangkan nama Ibnu Abi Bazzah adalah Ahmad bin Muhammad bin Abdullah bin al-Qasim bin Abi Bazzah al-Makki, yang oleh Abu Hatim dinyatakan sebagai perawi yang dha'if. Lebih jauh Abu Hatim mengatakan, "Saya tidak pernah meriwayatkan darinya karena ia telah meriwayatkan hadits-hadits munkar." Wallahu a'lam.
Hadits No. 513 MEMBERSIHKAN ALAT DAPUR DAN HALAMAN
"Membersihkan alat dapur dan halaman rumah bisa menyebabkan kekayaan."
Riwayat ini maudhu'. Telah diriwayatkan oleh al-Khathib dalam Tarikh Baghdad (XII/92) dan as-Salafi dalam ath-Thuyurat (II/ 105), dengan sanad dari Ali bin Muhammad az-Zuhri, dari Abu Ya'la al Maushali dengan sanadnya dari Anas bin Malik r.a.. Al-Khathib mengatakan, "Saya tidak mendapatkan riwayat ini dan tidak pula mengutipnya kecuali dari Ali bin Muhammad az-Zuhri, sedangkan ia dikenal sebagai pendusta."
Oleh karena itu, riwayat ini oleh Ibnul Jauzi ditempatkan dalam urutan hadits-hadits maudhu'. Selain itu, ditegaskan pula oleh as-Suyuthi dalam kitabnya, al-Aali (II/4).
Hadits No. 514 TIDAKLAH RAKYAT AKAN BINASA
"Tidaklah rakyat akan binasa sekalipun zalim dan bejat moralnya, apabila para penguasanya membimbing dan terbimbing. Dan tidaklah rakyat itu akan binasa apabila mereka membimbing dan terbimbing, meskipun para penguasanya zalim dan bejat moralnya."
Hadits ini dha'if. Telah diriwayatkan oleh Abu Naim dalam Fadhilatul-'Adilin, dengan sanad dari Muhammad bin Hasan Samti, dari Abu Utsman Abdullah bin Zaid, dari al-Auza'i, dari Hasan bin Athiyah, dari Ibnu Umar r.a.
Sanad riwayat ini dha'if dikarenakan as-Samti ini, yang oleh sebagian pakar hadits dikatakan tsiqah, sedangkan oleh sebagian lain dinyatakan sebagai dha'if. Di antara mereka ialah ad-Daruquthni, yang mengatakan, "Ia sebenarnya tsiqah (kuat dan dapat dipercaya), namun telah meriwayatkan dari para perawi sanad yang dha'if. "
Menurut saya, lebih dari itu, kelemahan riwayat ini juga terdapat pada guru as-Samti, yaitu Abdullah bin Zaid, yang oleh mayoritas (bahkan seluruh) ulama ahli hadits dinyatakan sebagai perawi dha'if.
Hadits No. 518 BERI'TIKAF PADA SEPULUH HARI TERAKHIR RAMADHAN
"Barangsiapa melakukan i'tikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, maka baginya pahala dua ibadah haji dan dua ibadah umrah."
Hadits maudhu'. Telah diriwayatkan oleh al-Baihaqi dalam asy-Syi'b, dengan sanad dari Husein bin Ali r.a.. Al-Baihaqi berkata, "Sanad riwayat ini dha'if, sebab salah seorang perawinya yang bernama Muhammad bin Zadan ditolak riwayatnya oleh jumhur ahli hadits."
Imam Bukhari juga menyatakan mengenai Muhammad bin Zadan ini, "Riwayat yang dibawanya tidaklah diterima dan tidak ada yang mencatatnya."
Selain itu, perawi sanad yang lain, Anbasah bin Abdur Rahman, dinyatakan oleh jumhur muhadditsin sebagai tukang memalsukan hadits. Di antaranya Imam Bukhari sendiri menyatakan, "Tidak ada satu pun ulama ahli hadits yang menerima riwayatnya."
Mengenai Anbasah, Abu Hatim dengan tegas menyatakannya sebagai pemalsu riwayat. Wallahu a'lam.
Hadits No 593 Surga Berada di Bawah Telapak Kaki Ibu
"Surga berada dibawah telapak kaum ibu. Barangsiapa dikehendakinya maka dimasukannya, dan barangsiapa dikehendaki maka dikeluarkan darinya."
Hadits maudhu'. Telah diriwayatkan oleh Ibnu Adi (I/325) dan juga oleh al-Uqaili dalam adh-Dhu'afa dengan sanad dari Musa bin Muhammad bin Atha', dari Abul Malih, dari Maimun, dari Abdullah Ibnu Abbas r.a. Kemudian al-Uqaili mengatakan bahwa hadits ini mungkar.
Bagian pertama dari riwayat tersebut mempunyai sanad lain, namun mayoritas rijal sanadnya majhul. Untuk mengetahui makna yang shahih dari kandungan makna hadits tersebut, saya kira cukuplah dengan riwayat shahih yang dikeluarkan oleh Imam Nasa'i dan Thabrani dengan sanad hasan. Yaitu kisah seorang yang datang menghadap Rasulullah saw. seraya minta izin untuk ikut andil berjihad bersama beliau saw., maka beliau bertanya, "Adakah engkau masih mempunyai ibu?" Orang itu menjawab, "Ya, masih." Beliaupun kemudian bersabda, "Baik-baiklah dalam bergaul dengannya, karena sesungguhnya surga itu berada dibawah kedua kakinya."
Hadits No. 909 KALAUPUN MATAHARI DILETAKKAN DI TANGAN KANANKU...
"Wahai Paman, Demi Allah, kalaupun matahari diletakkan di tangan kananku dan rembulan di tangan kiriku, agar aku meninggalkan perkara ini (penyampaian risalah), sehingga Allah memenangkannya atau aku binasakan, pastilah tidak akan aku meninggalkannya."
Hadits dha'if. Dikeluarkan oleh Ibnu Ishaq dalam al-Maghaazii (I/284-285 tentang "Sirah Ibnu Hisyam"), dengan sanad dari Ya'qub bin Utbah bin al-Mughirah bin al-Akhnas, ia mengisahkan, "Ketika kaum Quraisy mendatangi Abu Thalib untuk memprotes semua kegiatan dakwah Rasulullah saw.; maka Abu Thalib menegur Rasulullah saw. sebagai berikut, Wahai anak saudaraku, sesungguhnya orang-orang Quraisy datang kepadaku lalu memprotes begini dan begitu, karena itu tetaplah denganku dan jagalah dirimu, serta janganlah engkau bebani aku sesuatu yang aku tidak mampu untuk mengembannya.' Kemudian Rasulullah saw. bersabda ..."
Sanad riwayat ini dha'if lagi mu'dhal, sebab Ya'qub bin Utbah adalah seorang tabi'it tabi'in tsiqah lagi masyhur, dan wafat pada tahun 128 Hijriah.
Selain itu, saya dapatkan riwayat senada dengan sanad yang hasan, dan lebih baik dari ini. Karenanya riwayat tersebut saya utarakan dalam kitab Silsilah Hadits-hadits Sahih dengan nomor hadits 92. Wallahu a'lam.
Judul Asli: Silsilatul-Ahaadiits adh-Dhaifah wal Maudhu'ah wa Atsaruhas-Sayyi' fil-Ummah
Judul: Silsilah Hadits Dha'if dan Maudhu'
Penulis: Muhammad Nashruddin al-Albani
Penterjemah: A.M. Basamalah, Penyunting: Drs. Imam Sahardjo HM.
Cetakan 1, Jakarta
Gema Insani Press, 1994
Jln. Kalibata Utara II No.84 Jakarta 12740
Telp.(021) 7984391 - 7984392 - 7988593
Fax.(021) 7984388
Cetakan Pertama, Shafar 1416H - Juli 1995M
Sumber: http://media.isnet.org/hadits/dm1/index.html
Peringatan Buat pengunjung: Bagi yang ingin mengopi paste artikel dari website ini, sekiranya juga mengopi Footnote atau Jejak Kaki. Agar dapat memudahkan teman-teman lainnya untuk merajuk kesumbernya, terima kasih.
Demikianlah Artikel ini kami susun, yang tentunya masih banyak kekurangan yang harus disempurnakan dikemudian hari.
Dalam sebuah untaian kalimat yang indah Ibnu Rajab rahimahullah pernah berkata, “Allah tidak menjadikan ‘ishmah (selamat dari kesalahan) pada selain Kitab-Nya.” (Al-Qawaidul Fiqhiyyah, Ibnu Rajab, l/2)
Alhamdulilaahi Rabbil ‘aalamin..